QS. Al-Mumtahanah (60): 8
لا يَنْهُكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Firman Allah berkali-kali menyerukan relevansi moderasi beragama. Ayat di atas turun berkenaan dengan kisah Asma’ binti Abu bakar.
“Ibuku datang mengunjungiku pada masa perjanjian damai Quraisy dengan Rasulullah saw., sedang waktu itu ia adalah seorang perempuan yang tidak berkeyakinan seperti saya. Lalu aku pergi menemui Rasulullah saw. dan bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku datang dengan mengharap baktiku kepadanya, maka apakah aku boleh berbuat baik kepadanya? Rasulullah Saw. menjawab, ‘Ya, berbuat baiklah kepada ibumu, sambutlah kedatangannya dan perlakukanlah ia dengan baik.”
Asbabun nuzul yang tertera mengantarkan maksud terjemah Al-Mumtahanah ayat 8, yaitu menunjukkan betapa Allah SWT tetap memberikan izin untuk berbuat baik dan berlaku adil walaupun kepada non muslim sekalipun, selama dia tidak memerangi kaum muslim. Bapak Quraish Shihab memaparkan dalam program narasi tv beliau “Semua agama mengajarkan persaudaraan sesama manusia”. Sayyidina Ali juga pernah mengatakan: “Jika kamu bertemu seseorang dan orang itu bukan saudaramu seagama, maka dia adalah saudaramu dalam kemanusiaan.”
