Dimensi keagamaan dalam Islam berikutnya adalah etika dan hukum. Kadang-kadang sebagian orang kesulitan membedakan antara keduanya, apalagi menjelaskan hubungan antara keduanya. Islam menyebut etika dalam beberapa istilah.
Istilah-istilah tersebut antara lain ma’ruf (diketahui/disepakati), khayr (kebaikan), haqq (benar dan baik), birr (kebajikan), qist (keadilan/kesetaraan), ‘adl (keseimbangan dan keadilan), dan taqwa (takwa). Perbuatan baik disebut shalihat dan perbuatan buruk sebagai sayyi’at.
Namun, istilah yang paling erat kaitannya dengan etika dalam Al-Qur’an adalah akhlak. Meskipun etika didefinisikan sebagai apa yang benar dan salah, baik dan buruk, masalah yang paling mendesak adalah bagaimana seseorang mengetahui yang benar dari yang salah. Untuk mengetahui apakah suatu tindakan atau perilaku dilakukan secara etis, teori etikalah yang akan membahasnya.
Teori etika seperti relativisme, utilitarianisme, egoisme, deontologi, teori perintah Tuhan, dan etika kebajikan, semuanya merupakan produk dari pemahaman Barat tentang apa itu etika dan bagaimana etika itu dapat diterapkan untuk membantu proses pengambilan keputusan seseorang.
Etika Islam tentu saja memiliki karakteristik tersendiri. Dalam Islam, etika dapat didefinisikan sebagai prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang baik berdasarkan sumber-sumber Islam. Etika semacam ini sesuai dengan kemampuan manusia. Etika juga mencakup semua aspek kehidupan.
Penting untuk menyoroti pentingnya etika dalam Islam ketika membahas persoalan-persoalan etika. Peribadatan-peribadatan dalam Islam, yang dapat didefinisikan sebagai perbuatan dan tindakan keagamaan yang diperintahkan oleh Allah Swt. untuk mendapatkan keridaan-Nya, dirancang untuk meningkatkan dan melindungi etika.
Doa menjauhkan seseorang dari kemaksiatan dan kejahatan. Allah Swt. berfirman:
“Dan dirikanlah salat yang teratur agar salat dapat menahan diri dari perbuatan keji dan mungkar” (QS. 29:45).
Zakat diambil dari orang kaya untuk diberikan kepada orang miskin untuk menyucikan harta dan membersihkan mereka dari dosa-dosa. Allah Swt. lebih lanjut berfirman:
“Dari harta mereka, ambillah sedekah, agar kamu dapat mensucikan jiwa dan membersihkan harta mereka” (QS. 9:103).
Melatih Mengembangkan Karakter
Puasa mengajarkan umat Islam bagaimana hidup dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai etika. Nabi Muhammad berkata:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta dan tidak meninggalkan ucapan dan perilaku yang menyakiti, Allah tidak akan membalas perbuatannya untuk menahan diri dari makanan dan minumannya”.
Allah Swt. juga berfirman:
“Puasa bukan berarti menahan diri dari makan dan minum saja; lebih tepatnya juga menjauhkan diri dari dusta, kebohongan dan omong kosong”.
Haji melatih umat Islam untuk mengembangkan karakteristik seperti kesabaran, daya tahan, dan altruisme. Allah Swt. berfirman:
“Haji dilaksanakan pada bulan-bulan yang telah ditentukan, maka barangsiapa menjalankannya, janganlah ia berbuat cabul, fasik, dan bertengkar” (QS. 2:197).
Singkatnya, Rasulullah SAW. menunjukkan bahwa tujuan utama Allah mengirimnya kepada manusia adalah untuk meningkatkan akhlak atau etika mereka. Dia berkata:
“Saya diutus untuk mencapai akhlak yang terbaik”.
Etika berkaitan dengan iman. Iman adalah perasaan religius yang dihasilkan dari mengikuti apa yang Allah perintahkan kepada umat Islam. Iman adalah kekuatan yang meningkatkan dan melindungi etika dan iman tidak dapat diterima di mata Islam tanpa menghubungkannya dengan perbuatan baik.
Artinya, iman yang kuat menghasilkan akhlak yang baik dan iman yang lemah mengakibatkan runtuhnya moralitas. Nabi Muhammad SAW. menghubungkan iman dengan etika.
Dia menyebutkan: “Tidak seorang pun dari kamu (benar-benar) memiliki iman sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”.
Rasulullah diberitahu tentang seorang wanita yang berdoa dan berpuasa terus-menerus, tetapi dia biasa menyakiti tetangganya dengan kata-katanya. Rasulullah bersabda bahwa wanita tersebut akan masuk neraka di akhirat.
Nabi juga bersabda: “Biarlah orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir berbicara yang baik atau diam”
Nabi bertanya kepada teman-temannya: “Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?”
Sahabatnya menjawab, “Yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang atau harta apa pun.”
Rasulullah berkata, “Yang benar-benar bangkrut dari umatku adalah dia yang akan dibangkitkan dengan amalan salat, puasa, dan sedekah yang banyak. Namun dia masih akan menemukan dirinya bangkrut pada hari itu. Kebajikannya dihapus oleh perbuatannya yang mencaci maki orang lain, membawa fitnah terhadap orang lain, secara tidak sah memakan kekayaan orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukuli orang lain; sehingga kebajikannya akan dilimpahkan kepada orang-orang yang menderita di tangannya. Jika perbuatan baiknya gagal untuk menghapus semua dosa mereka, maka dosa-dosa mereka akan dilimpahkan kepadanya dan dia akan dilemparkan ke dalam api neraka.”
Aturan Bisnis dalam Islam
Dalam Islam, aturan penting dalam bisnis adalah kejujuran dan transaksi yang adil dan seorang pengusaha yang berhasil adalah mereka yang memegang teguh prinsip-prinsip etika yang tinggi. Pasar harus bebas dan tidak tunduk pada manipulasi di mana individu yang terlibat dalam perdagangan dan komersial harus bertindak adil.
Perdagangan barang curian dilarang. Iklan tidak dianjurkan ketika tujuannya adalah untuk memaksakan harga tertentu di saat kelangkaan dan keuntungan di atas biaya orang lain. Karena Islam memiliki beberapa karakteristik (misalnya, komprehensif, realistis, dan seimbang), etika dalam Islam secara alami dipengaruhi oleh karakteristik ini.
Khursid Ahmad mendefinisikan Islam sebagai seperangkat norma, nilai dan hukum yang membentuk cara hidup islami. Komponen utama Islam adalah iman (iman), akhlak (etika), dan fikih, yang merupakan aturan hukum yang mengatur tindakan manusia. Dua komponen pertama yaitu iman (iman) dan akhlak (etika) adalah permanen dan tetap setiap saat dan untuk semua masyarakat.
Sebaliknya, komponen fikih dapat dimodifikasi dan diubah secara konsisten sesuai perubahan waktu dan tempat. Islam menawarkan sistem dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, keuangan, dan masyarakat. Islam juga fleksibel dan aplikatif di lingkungan perubahan zaman. Islam sangat jelas dalam segala hal yang berhubungan dengan dunia ini.
Islam memberikan pedoman bagi umat Islam dalam setiap situasi. Allah Swt. mengatakan kepada Nabi-Nya, Muhammad bahwa Al-Qur’an itu komprehensif meliputi semua aspek kehidupan.
Dia berkata: “Kami telah menurunkan kepadamu Kitab yang menjelaskan segala sesuatu” (QS. 16:28).
Artikel ini ditulis oleh Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., Rektor UIN Salatiga di solopos.com