Harmoni Spiritual dan Kesejahteraan Psikologis dalam Bingkai Moderasi Beragama di Kampus

Syura atau musyawarah merupakan cara efektif untuk menyelesaikan konflik melalui dialog. Konseling sufistik mengajarkan pentingnya mengajak diskusi yang jujur dan terbuka. Misalnya, ketika terjadi konflik antar kelompok mahasiswa, konseling sufistik menerapkan para pihak yang berseteru untuk duduk bersama dalam sesi musyawarah. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk menemukan solusi yang adil dan bijaksana, yang tidak hanya menyelesaikan konflik secara damai tetapi juga memperkuat nilai-nilai demokrasi dalam praktik berorganisasi antar mahasiswa.

Qudwah atau keteladanan adalah elemen penting dalam pendidikan karakter yang diajarkan dalam konseling sufistik. Di kampus, contoh keteladanan ini sangat berharga dalam membentuk pemimpin masa depan yang moderat. Seorang pemimpin mahasiswa yang terinspirasi oleh sikap para pimpinan yang arif dan bijaksana akan menunjukkan integritas dan kesederhanaan dalam tindakan sehari-hari. Keteladanan ini memotivasi mahasiswa lain untuk mengadopsi sikap yang sama, menciptakan generasi pemimpin yang mampu mempromosikan perdamaian dan stabilitas global.

Nilai muwathanah atau cinta tanah air juga diajarkan dalam konseling sufi dengan mengajak individu untuk melihat peran mereka dalam skala yang lebih luas. Seorang mahasiswa yang sebelumnya tidak tertarik dengan isu-isu global diajak untuk merenungkan kontribusinya sebagai warga Indonesia melalui sesi konseling. Setelah melalui proses ini, mereka terlibat dalam program-program pemberdayaan dan kepedulian sosial, menunjukkan bahwa cinta kepada tanah air dapat diperluas menjadi cinta kepada kemanusiaan. Misalnya dalam mengusung spirit ‘Salatiga kota Toleransi’. Sikap ini penting dalam era globalisasi, di mana tantangan mahasiswa ‘jaman now’ yang acapkali acuh tak acuh terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya.

Urgensi konseling sufistik saat ini memang menjadi kebutuhan yang nyata. Krisis moral dan identitas, tekanan masyarakat dan sosial, serta ketegangan dalam persaingan global membutuhkan pendekatan yang dapat menawarkan kedamaian batin sekaligus mendukung nilai-nilai moderasi beragama. Dengan mengintegrasikan konseling sufistik ke dalam program pendidikan konseling, khususnya pada program studi Psikologi Islam, Bimbingan dan Konseling, atau Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, serta seluruh layanan konseling berbasis spiritual di kampus diharapkan mampu membantu individu menemukan keseimbangan dan ketenangan. Prinsip-prinsip moderasi beragama menjadi pijakan moral yang kokoh, sementara dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis menawarkan kerangka psikologis yang kuat. Dengan menggabungkan kedua pendekatan ini, mahasiswa dapat diberdayakan untuk tidak hanya menemukan keseimbangan dalam kehidupan mereka, tetapi juga menjadi agen-agen perdamaian global yang kuat dan berkelanjutan. Dengan demikian, integrasi konseling sufistik dalam pendidikan di kampus menawarkan jalan yang cerdas dan komprehensif menuju visi moderasi beragama untuk perdamaian global.