Implementasi Wasathiyah Islam untuk Perdamaian Dunia
Gagasan Wasathiyah Islam dapat menjadi pedoman dalam berkehidupan sehari-hari, baik secara sosial maupun secara pribadi. Mengingat gagasan ini terdapat nilai adil, toleransi dan musyawarah yang terbilang konkrit untuk konsepsi Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam.
Secara global, ribuan bahkan ratusan abad lamanya, kita telah hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda suku, bangsa, dan berbeda keyakinan degan kita, dan secara seksama seharusnya kita tahu, bahwa memaksakan kehendak adalah pintu gerbang menuju perpecahan dan kerusakan itu sendiri.
Oleh sebab itu, perlulah kita untuk menyelami islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan moderasi beragama, agar kita tidak terjebak dalam alur-alur pikir radikal yang begitu menjebak dan membumihanguskan rasa kemanusiaan.
Orang yang berwasathiyah sudah seharusnya menjadi teladan, mengedepankan perdamaian dan mencipta rasa bahagia atas hak hidup masing-masing manusia. Sebagai contoh; ketika mendapati orang yang butuh pertolongan, tidak peduli orang itu berasal dari bangsa ataupun agama yang berbeda, maka tolonglah orang tersebut, sebagaimana terpatri dalam pilar Wasathiyah Islam (baca: I’tidal [Adil], Tasamuh [Toleran], Ishlah [Kebajikan], Qudwah [Menjadi teladan]. Selain itu, orang yang berwasathiyah tidak membaca sesuatu hal (suatu pesan) secara tekstual, tetapi memahaminya dengan seksama secara kontekstual. Bukan berarti tidak mematuhi teks yang disediakan, akan tetapi, konteks yang dibawa suatu teks adalah titik vital dari substansi yang disampaikan. Misalnya, pesan dalam Al-Qur’an—memang—tidak boleh ditafsirkan asal-asalan atau hanya berdasarkaan teksnya (tekstual) saja, akan tetapi harus dipahami secara kontekstualnya juga, karena tidak jarang orang awam (apalagi tanpa bimbingan) salah arah dalam mengartikan isi dari ayat-ayat firman Allah Swt. tersebut.
