2. Negosiasi Kancil dengan Buaya: Pelajaran Ta’āruf dan Ta’āwun
Salah satu kisah paling terkenal adalah ketika Kancil harus menyeberangi sungai dengan menipu buaya. Meskipun terlihat sebagai tindakan menipu, konteks cerita selalu menunjukkan bahwa Kancil berada dalam posisi sulit (kebutuhan pangan), sementara buaya berada dalam posisi kekuatan (predator).
a. Saling Mengenal (Ta’āruf): Sebelum menipu, Kancil harus memahami karakter buaya (rakus dan mudah terprovokasi). Dalam konteks moderasi, ini berarti memahami karakter dan kebutuhan pihak lain (yang berbeda keyakinan) sebelum berinteraksi.
b. Kerja Sama (Ta’āwun): Meskipun bertujuan untuk diri sendiri, Kancil menciptakan skenario yang memaksa buaya dan teman-temannya untuk “bekerja sama” berbaris. Ini mengajarkan anak bahwa tujuan dapat dicapai melalui kolaborasi yang terencana, bahkan dengan pihak yang berbeda kepentingan. Dalam masyarakat majemuk, Ta’āwun diterjemahkan sebagai gotong royong lintas iman.
