Main Peran: Cara Unik Menanamkan Nilai Moderasi Beragama

Langkah Praktis Penerapan Role-Playing

Agar metode bermain peran berhasil, guru atau fasilitator harus mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Desain Skenario yang Jelas: Skenario harus memiliki konflik yang relevan dengan moderasi dan peran yang jelas (misalnya: korban, pelaku, penengah, saksi).

    2. Pemberian Peran Non-Stereotip: Hindari memberikan peran yang menguatkan stereotip negatif. Alih-alih, dorong peserta didik untuk bertukar peran agar empati maksimal.

    3. Refleksi (Debriefing) Mendalam: Ini adalah tahap terpenting. Setelah permainan selesai, guru harus memimpin diskusi. Pertanyaan refleksi harus mencakup: “Bagaimana perasaanmu saat menjadi peran itu?” dan “Apa yang akan kamu lakukan di dunia nyata jika menghadapi situasi ini?”

    4. Penguatan Konsep: Akhiri dengan mengaitkan pengalaman bermain peran dengan empat indikator moderasi beragama di Indonesia: Komitmen Kebangsaan, Toleransi, Anti-Kekerasan, dan Penerimaan terhadap Tradisi Lokal.

    Bermain peran adalah jembatan yang menghubungkan teori moderasi beragama dengan praktik kehidupan sehari-hari. Ia mengubah ruang kelas menjadi laboratorium sosial tempat peserta didik bisa “gagal” dalam simulasi tanpa konsekuensi nyata, dan dari kegagalan tersebut, mereka belajar nilai-nilai inti: saling menghargai, berdialog, dan berkomitmen pada kebersamaan. Dengan menjadikan moderasi beragama sebagai sebuah aksi, bukan hanya retorika, dunia pendidikan dapat secara unik membentuk generasi yang damai, inklusif, dan siap menjadi agen perubahan di tengah masyarakat majemuk.