Moderasi Beragama sebagai Upaya Perdamaian di Palestina

Sifa Arif Setiawan

Dalam era globalisasi yang semakin kompleks, moderasi beragama telah menjadi suatu prinsip penting dalam mencapai perdamaian global. Moderasi beragama berarti menghormati dan mengakui perbedaan agama serta nilai-nilai yang terkait dengan agama, namun tidak mengorbankan kepentingan dan hak-hak manusia. Moderasi beragama dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama dan kepercayaan yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai kesepakatan berbangsa (Perpres RI No. 58 Th. 2023).

Moderasi beragama sangat penting dalam mencapai perdamaian global karena berbagai alasan. Pertama, moderasi beragama dapat mengurangi konflik dan kekerasan berbasis agama. Ketika berbagai agama dan kelompok etnis dapat hidup berdampingan dengan damai, maka kekerasan dan konflik berbasis agama dapat dikurangi. Kedua, moderasi beragama dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman antaragama. Dengan menghormati dan mengakui perbedaan agama, maka kesadaran dan pemahaman antaragama dapat meningkat, sehingga masyarakat dapat hidup lebih harmonis dan damai.

Moderasi beragama memiliki peran penting dalam mencapai perdamaian di Palestina. Moderasi beragama berarti menghormati dan mengakui perbedaan agama serta nilai-nilai yang terkait dengan agama, namun tidak mengorbankan kepentingan dan hak-hak manusia. Dalam konteks konflik Palestina-Israel, moderasi beragama berarti tidak berpihak pada pihak manapun, bersikap adil, dan tidak membenci kelompok lain.

Dalam beberapa dekade terakhir, konflik antara Palestina dan Israel telah menjadi salah satu masalah terbesar di Timur Tengah. Seperti yang terjadi baru- baru ini yakni, Tragedi Rafah adalah serangkaian peristiwa yang terjadi di Rafah, Gaza Selatan, pada tanggal 27 Mei 2024. Serangan militer Israel yang membabi buta menghancurkan kamp pengungsi Palestina, menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk wanita dan anak-anak yang terlelap tidur. Serangan ini juga menyebabkan kerusakan berat pada infrastruktur dan tempat-tempat pengungsian. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Israel melakukan tindakan intoleransi dan tidak mempedulikan hukum internasional dan tidak menghormati keamanan warga sipil. Serangan ini juga menimbulkan ketegangan antara Israel dan Mesir, serta kritikan dari berbagai negara dan organisasi internasional. Mereka mengecam serangan ini sebagai tindakan kekerasan yang tidak berperasaan dan meminta Israel untuk menghentikan serangan ke Rafah. Konflik ini telah menyebabkan korban jiwa, pengungsian massal, dan kerusakan ekonomi yang signifikan. Dalam situasi seperti ini, beragama moderat dapat berperan dalam upaya mencapai perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.