Berangkat dari Rumah Moderasi Beragama yang ada di PTKIN, mahasiswa harus memanfaatkan sekaligus menciptakan ruang yang sama di luar kampus. Rumah Moderasi Beragama harus menjadi tempat belajar yang berkualitas. Diskusi terarah dengan adanya moderator harus dilakukan. Forum seperti Desak Anis, Gelaran Ganjar, dan Tabrak Prof yang dicontohkan capres dan cawapres kemarin bisa menjadi inspirasi. Bedanya, diskusi terarah di Rumah Moderasi Beragama tidak harus ada narasumber tapi harus ada moderator. Hal ini agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbicara. Jika forum ini dilakukan secara rutin, maka akan memberikan dampak positif di wilayah tersebut dan membantu mengatasi berbagai masalah moral yang ada.
Guna mengimplementasikan berjalannya diskusi terarah di Rumah Moderasi Beragama tersebut, tentu konsep dari bapak pendidikan Indonesia tak boleh dilupakan. R.M Suwardi Suryaningrat atau yang biasa kita kenal Ki Hajar Dewantara yang merupakan konseptor pendidikan haruslah dijadikan pedoman. Pemanfaatan Rumah Moderasi Beragama harys mengacu konsep Three-Con Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan (A. Aziz, 2018).
Konsep Three-Con Ki Hajar Dewantara yang sistemnya bisa diadopsi untuk memanfaatkan Rumah Moderasi Beragama yaitu: Con petama Continew, dimana sistem pembelajaran sifatnya haruslah berkelanjutan. Pembelajaraan tidak boleh hanya sesaat atau diam ditempat. Kita juga harus mempelajari hal-hal yang sampai nanti akan kita pakai ilmunya. Maka, masalah-masalah moral yang sedang terjadi haruslah dijadikan bahan diskusi, selain itu peran mahasiswa agar mempertahankan Salatiga sebagai kota toleran dan Indonesia menjadi negara yang rukun juga harus selalu dibahas. Diskusi bulanan terarah ini bisa diagendakan setiap bulan sekali dengan membawa isu-isu hangat untuk membuktikan bahwa pembelajaran tidak stagnan dan dibatasi didalam sekolah saja. Namun nilai-nilai moderasi akan diimplementasikan secara nyata dan berkelanjutan atau tidak hanya belajar teori saja.