Pembahasan
Dalam masyarakat yang semakin terhubung dan multikultural, isu intoleransi beragama menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak negara di seluruh dunia. Penelitian dari berbagai lembaga seperti Pew Research Center dan Amnesty International menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan agama dan keyakinan, masih banyak kasus penindasan terhadap minoritas agama, konflik antaragama, serta penolakan terhadap hak-hak dasar seperti kebebasan beribadah. Bukan hanya itu, keberadaan media sosial juga telah memperkuat polarisasi dan mempercepat penyebaran konten radikal agama yang dapat memicu radikalisasi dan ekstremisme.
Untuk memahami akar masalah intoleransi beragama ini, banyak penelitian menyoroti faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat intoleransi seperti ketidakpahaman antaragama, politik identitas, ketidaksetaraan sosial, dan pengaruh radikalisme agama. Misalnya, penelitian oleh Qodir Z. (2016) menunjukkan bahwa pendidikan dan pemahaman yang kurang tentang agama-agama lain dapat menjadi pemicu utama terjadinya intoleransi agama. Sementara, Al Jauzi & Hamidah (2023) menyoroti peran media massa dalam memperkuat stereotip dan prasangka terhadap kelompok agama tertentu yang dapat memperburuk ketegangan antaragama. Berdasarkan penelitian tersebut, teridentifikasilah kerentanan dan kesenjangan pengetahuan yang perlu diatasi dalam upaya memerangi intoleransi beragama secara efektif.
Pada era digital saat ini, kampanye media sosial telah menjadi salah satu sarana paling efektif dalam mempengaruhi opini publik dan membangun kesadaran tentang isu-isu sosial, termasuk toleransi beragama. Mahasiswa yang sering dianggap sebagai agen perubahan sosial kursial dalam masyarakat. Sebagai individu yang memiliki akses terhadap pengetahuan, sumber daya, dan jaringan, mahasiswa memiliki potensi besar untuk berperan aktif dalam kampanye-kampanye yang mempromosikan toleransi beragama. Upaya yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan memanfaatkan keahlian mereka dalam bidang teknologi dan media sosial untuk mengampanyekan pesan-pesan toleransi beragama. Mereka dapat menggunakan platform-platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube untuk menyebarkan informasi, membagikan konten-konten yang edukatif, dan menggalang dukungan untuk kampanye-kampanye yang bertujuan membangun kesadaran akan pentingnya moderasi beragama. Selsin itu ada beberapa Taktik yang dapat digunakan dalam kampanye media sosial tentang toleransi beragama meliputi penggunaan hashtag yang relevan untuk meningkatkan visibilitas kampanye, pembuatan gambar-gambar atau meme yang menarik perhatian, serta penggunaan cerita pengguna (user-generated content) untuk memperkuat pesan-pesan kampanye.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kampanye media sosial ini memiliki potensi besar untuk menjadi alat yang efektif dalam memerangi intoleransi beragama. Dengan jangkauan yang luas dan kemampuan untuk berinteraksi secara langsung dengan audiens, kampanye media sosial dapat menghasilkan dampak yang signifikan dalam mempromosikan pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman agama. Melalui konten-konten yang menarik dan berbagi cerita inspiratif, kampanye ini dapat membangun kesadaran tentang pentingnya moderasi beragama dan memotivasi individu-individu untuk terlibat dalam dialog antaragama yang konstruktif.