Eka Permata Dewi
Bangsa Indonesia merupakan negara yang memegang semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti (berbeda-beda tetap satu jua). Indonesia sendiri berada di Asia Tenggara yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa. Di tengah keberagaman budaya, etnis dan agama tidak bisa dipungkiri bila terjadi gesekan dan konflik antar umat beragama, moderasi beragama hadir sebagai jembatan pemersatu, menawarkan jalan keluar dari pusaran konflik dan perpecahan.
Moderasi beragama sendiri merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan keseimbangan dalam beragama, menawarkan solusi alternatif untuk menangkal radikalisme dan etnosentrisme antar umat beragama. Prinsip yang harus ditanamkan yaitu menjunjung tinggi toleransi dan menanamkan nilai-nilai wasathiyah menjadi fondasi kokoh bagi terwujudnya perdamaian serta menangkal radikalisme dan etnosentrisme di era digital.
Wasathiyah sendiri merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan keseimbangan, moderasi dan keadilan dalam beragama. Kata âwasatâ yang berarti tengah, sedang atau moderat. Dengan kita menanamkan nilai wasathiyah kita dapat mencegah konflik sedikit demi sedikit karena wasathiyah mengandung banyak makna di antaranya keseimbangan antar dua ekstrem, realistis dan kontekstual, toleransi dan saling menghormati, cinta damai dan persatuan dan keadilan proporsionalitas. Dapat menetralisir konflik-konflik yang terjadi baik di dalam negeri atau luar negeri.
Di era digital saat ini, penyebaran informasi dan ideology menjadi lebih mudah dan cepat bahkan tidak terkendali hanya mengandalkan satu buah alat elektronik contohnya seperti hp dan laptop saja bisa membuat sebuah Negara takterkendali disisi lain era di gital saat ini juga membuka peluang untuk menjalin hubungan dan membangun pemahaman antar budaya. Semua itu ada plus minusnya. Radikalisme dan etnosentrisme adalah dua ideologi yang berbahaya yang dapat merusak hubungan antar imdividu ataupun kelompok. Radikalisme adalah keyakinan ekstrem yang sering di sertai kekerasan atau paham yang menginginkan perubahan secara drastis, baik dalam lingkungan sosial, politik serta keagamaan, sedangkan etnosentrisme adalah keyakinan bahwa budaya dan nilai-nilai sendiri lebih unggul dibandingkan budaya dan nilai-nilai kelompok lain. Kedua ideologi ini dapat memicu kebencian, diskriminasi dan konflik.
