Sentuhan Sutra: Melunakkan Ketegangan dengan Moderasi Beragama untuk Perdamaian Dunia

Zamhuri Maknawi

Gejolak dunia yang semakin membara dialunkan dengan rindangnya pertikaian. Bergelumur ketegangan yang diiringi dengan perbedaan keyakinan. Panasnya situasi yang sulit untuk diredam hingga mengakibatkan terkikisnya jiwa toleransi. Ditengah peradaban memunculkan ide gagasan yang menyerukan tentang Sentuhan Sutra untuk bisa menjadi pengiat moderat agama. Melalui Sentuhan Sutra kita akan menemukan sebuah makna kedamaian dan keharmonisan. Memperlakukan berbagai keyakinan dengan hormat, membangung jaringan kerjasama dalam lintas agama serta memperkokoh tali persahabatan tanpa memandang latar belakang. Dalam historis perjalanan yang penuh kompleksitas permasalahan bagaimanapun untuk bisa mengintegrasikan nilai-nilai agama agar terwujudnya sebuah perdamaian dunia.

            Berkacamata pada belahan samudra asia yang kini bercucuran air mata. Sepanjang perkembangan zaman masih saja menyisakan tragedi konflik peperangan. Berlarut-larut dalam kepedihan sampai menginjakan tujuh puluh lima tahun lamanya. Betapa tegangnya kehidupan yang dimana setiap hari diserang menggunakan beragam senjata, hingga memakan korban di jalur Gaza lebih dari 34 ribu jiwa. Apa kata dunia? seakan-akan manusia yang bernyawa tidak berharga. Sungguh tragis, hakikat dari manusia yang sejatinya berhak untuk hidup sejak dalam kandungan hingga ajal menjemput kematian. Tetapi hal ini menggambarkan adanya konflik di negara Israel dengan Palestina telah sekian lama menjadi polemik global yang tak menemukan seutas benang merahnya.

            Tahun demi tahun berbagai usaha yang telah dikerahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meredam pertikaian masih saja belum membuahkan. Gempuran serangan secara bertubi-tubi telah meleburkan lima prinsip dalam piagam PBB yang sudah teraktualisasi. Berbagai revolusi dilucutkan untuk mendamaikan peperangan. Mulai dari perundingan, penyelidikan bahkan penyelesaian dalam bentuk perjanjian pun dirobohkan. Mengapa bisa? karena terselubungnya politik yang begitu keji. Kepemilikan hak veto menjadi buah tangan dari kegagalan mediasi. Tak dapat dipungkiri dibalik dinding-dinding kaca ditemukan secuil kepentingan yang merugikan dunia. Doktrin yang digunakan Amerika Serikat membawa keamanan bagi Israel untuk leluasa agar bisa terpenuhinya segala keinginannya.

Lantas siapa yang menjadi dalang dari semua arogansi tanpa mengenal adanya persatuan bahkan persaudaraan? tentu tiga kelompok elite yang masih mendominasi dalam kebijakan luar negeri. Salah satu kelompok elite terbesarnya adalah Kristen Evangelis. Kelompok tersebut merupakan bagian terpenting dalam mendukung sistem pemerintahan Amerika Serikat sekaligus negara kepemilikan hak veto yang bernapaskan keagamaan yahudi. Melalui kebijakan-kebijakan Amerika Serikat yang merangkai jalinan erat dengan Israel. Berbagai gerakan politik dicurahkan untuk bisa menguasai wilayah palestina sekaligus menentang keberagamannya. Pemberontakan pun terjadi dimana-mana, penindasan dilakukan secara terus-menerus untuk mempertahankan keunggulan dan kekuatan tanpa melihat sebuah keberagaman. Sehingga dewan keamanan PBB pun tak bisa berkutik dalam melakukan segala aliansi. Karena dari sisi ruang resolusi yang dicanangkan selalu dimentahkan. Segala perbedaan menjadi permasalahan, tidak ada rasa kasih sayang, tidak ada sifat kemanusiaan bahkan tidak adanya prinsip untuk menjalin persaudaraan. Dimana jiwa pluralisme ini? tangis pilu dialami oleh saudaraku “Palestina”.