Ketegangan dirasakan oleh negara-negara yang memiliki narasi kekhawatiran dengan terancamnya nyawa bahkan mendiskriminasikan tentang agama. Bujur kaku menyelimuti duka yang mendalam bagi para korban. Maka dalam melakukan pembelaan diperlukan langkah-langkah preventif untuk bisa melerai atas serangkaian peperangan antar agama ini. Sebagai jalan alternatifnya perdamaian ini bisa dilakukan dengan satu langkah rekonsiliasi yang diselaraskan dengan mengambil jalan tengah (tawassuth). Yaitu menciptakan sebuah gerakan diplomasi untuk memberikan perlindungan terhadap banyaknya agama yang ada dalam kehidupan. Berasaskan keberagaman masyarakat sipil maka diperlukan rasa untuk membangun kesadaran di antara umat islam, yahudi, kristen dan lain sebagainya. Gerakan diplomasi kultural tersebut dapat digabungkan dengan kalimat “Common ground, kalimatun sawa’, son of Ibrahim” yang bisa diartikan sebagai “Persamaan sebagai bentuk pernyataan dan keyakinan untuk mempertemukan diantara perbedaan”. Secara komprehensif gerakan diplomasi kultural tersebut memberikan pandangan bahwa banyaknya perbedaan maka dapat dibentuklah sebuah keyakinan yang mampu memberikan arti kesamaan. Melalui diplomasi ini akan terwujudnya sebuah penanaman moderasi yang dimulai dari kelompok agama untuk bisa berperan melewati jalur non militer dan non politik sehingga secara soft case-nya akan membangun kerukunan diantara keberagaman. Bentuk perwujudan tersebut secara tidak langsung akan memberikan ajakan untuk mengedepankan nilai kemanusiaan, keberagamaan dan persaudaraan. Melalui statement ini merupakan salah satu bentuk solusi yang ditawarkan sebagai pengentasan beragam masalah yang dihadapkan. Sehingga implikasi besarnya akan mengurangi penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina. Melalui pendekatan yang berbasis sentuhan halus ini menegaskan bahwa di antara perbedaan agama bukanlah menjadi alasan terjadinya sebuah peperangan. Melainkan sebuah penyederhanaan satu kesatuan yang harus diharmoniskan. Gerakan diplomasi kultural sejatinya akan menciptakan titik temu diantara perbedaan, sehingga kita dapat membangun kerukunan dan perdamaian yang berkelanjutan. Pentingnya memperlakukan setiap keyakinan dengan hormat, membangun jaringan kerjasama lintas-agama, dan membentuk kesadaran agar dapat memprioritaskan nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya. Dengan demikian, kita dapat melangkah menuju masa depan negara yang lebih damai, sejahtera, dan berdampingan tanpa terkikisnya jiwa toleransi di tengah perbedaan yang ada.
Sentuhan Sutra: Melunakkan Ketegangan dengan Moderasi Beragama untuk Perdamaian Dunia
Pages: 1 2