Sikap Moderat, Barometer Ilmu dan Kebijaksanaan Seseorang

Kemudian beliau mengejar Majusi tersebut lalu mempersilakanya untuk menikmati jamuannya. Orang Majusi tersebut heran mengapa tindakan Nabi Ibrahim tiba-tiba saja berubah, akhirnya Nabi Ibrahim menjelaskan bahwa Allah telah menegurnya karena menolak menjamumya. Hal itu menyebabkan Majusi tersebut heran, setelah mendapatkan penjelasan dari Nabi Ibrahim as,  akhirnya Majusi tersebut terbuka hatinya mengikuti ajaran Tauhid Nabi Ibrahim.

Hal serupa juga di contohkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau mencegah Malaikat yang akan membinasakan masyarakat Thaif dengan menimpakan gunung kepada mereka Karena menolak dakwah beliau dan melemparinya dengan batu, beliau menolak tawaran tersebut karena beliau menaruh harapan jikalau di kemudian hari Allah swt akan membuka pintu hati mereka untuk beriman ke depannya.

Kedua kisah tersebut menunjukkan beberapa Poin sikap moderat yaitu Tasamuh (toleransı). Qudwah (Keteladanan), dan Islah (Perbaikan). Tersirat juga di dalamnya Karakter dari Rasulullah SAW sebagai pribadi yang anti akan kekerasan dan selalu memikirkan peluang baik kedepannya.

Menjadi Moderat harus bijaksana!

Pernah saya menemukan quotes atau dawuh dari Kyai Said Aqil Siradj, ketua umum PBNU sebelum Gus Yahya. Dalam salah satu dawuhnya beliau menuturkan bahwa menjadi moderat itu tidaklah mudah, harus memiliki ilmu dan kebijaksanaan yang tinggi. Berbeda dengan cara untuk menjadi seorang ekstrimis yang cukup bermodalkan atribut agama lalu menuduh kafır sana-sini.

Menilik dari kisah Nabi Ibrahim AS dan Rasulullah SAW di atas dapat ditarik satu benang merah,  bahwa salah satu unsur penting yang harus ada dalam moderasi adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan di sini dapat di maknai sebagai luasnya pandangan, insan moderat harus memiliki pandangan dan gagas yang luas karena harus selalu memiliki inovasi baru supaya cara beragama selalu selaras dengan zaman dan berbagai problematikanya.

Dalam beberapa kasus, beberapa orang yang terpapar radikalisme seringkali di sebabkan karena sempitnya pandangan dan dangkalnya ilmu pengetahuan mereka tentang agama. Beberapa tahun ke belakang beberapa kelompok radikal menawarkan pesona tersendiri bagi masyarakat awam, seperti ajakan jihad, kembali ke Al-Qur’an dan sunnah dan banyak lagi. Padahal hal tersebut sebenarnya adalah cerminan betapa dangkalnya  ilmu dan sempitnya pandangan mereka tentang agama.

Peran Lembaga pendidikan untuk mensukseskan moderasi Beragama

Seperti yang sudah disampaikan di atas bahwasanya ilmu dan kebijaksanaan adalah salah satu elemen penting dalam moderasi beragama. Hal ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari peran dan tanggung jawab dari lembaga pendidikan, baik mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Penanam sikap saling menghargai dan toleransi kini sudah masif di ajarkan pada tingkat dasar hingga menengah atas.

Sedangkan pada jenjang perguruan tinggi penanaman moderasi tidak hanya bersifat praksis seperti pada anak tingkat sekolah melainkan akan ditambah dengan studi pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim yang moderat dengan harapan akan melahirkan generasi moderat yang akan membangun peradaban emas sesuai yang diharapkan.

Banyaknya lulusan yang berwawasan moderat adalah salah satu tolok ukur keberhasilan lembaga pendidikan dalam mensukseskan gerakan  moderasi beragama. Semakin banyak lulusannya yang moderat berarti lembaga tersebut berhasil melahirkan generasi penerus peradaban yang berilmu dan memiliki pandangan luas dalam mengaplikasikan agama di dalam kehidupan sehari-hari.